Home / Feature

Kamis, 21 Oktober 2021 - 14:22 WIB

Fokus Pada Tujuan, Sebuah Teori Ibrahim Mandres

Fokus Pada Tujuan, Sebuah Teori Ibrahim Mandres

Fokus Pada Tujuan, Sebuah Teori Ibrahim Mandres

Fokus Pada Tujuan, Sebuah Teori Ibrahim Mandres

Oleh: Harmen
Agam, 21 Oktober 2021

LENTERA RAKYAT.ID – Ibrahim Mandres, kakak kelas saya waktu di pondok dulu. Dulu namanya Ruslan berasal dari Aceh, yang sekarang tinggal di Jawa, Sejak pulang belajar di Turki beliau ganti nama, Ibrahim Mandres.

Kesibukannya hari ini sebagai trainier pendidikan, pengasuhan atau parenting. Hampir tiap hari ada saja kegiatan pelatihan yang ia berikan dari satu pesantren ke pesantren lain dari satu lembaga ke lembaga lain.

Pada awal tahun 2021 saya pernah mengikuti pelatihannya di sebuah pesantren di Sumbar.

Dalam satu sesi materi yang ia berikan ia bercerita tentang satu kasus di sebuah pesantren. Seorang santri dikabarkan merokok oleh temannya. Kata si pelapor dia siap jadi saksinya. Kata ustadz,” Tidak usah kamu jadi saksi biar ustadz yang mengurus. Nanti kamu dibenci oleh temanmu itu. ”

Pada suatu kesempatan sang ustadz bertemu dengan santri yang dilaporkan merokok itu. Si ustadz pura-pura mencium sesuatu. Dia menyungutkan hidungnya.
” Kamu merokok, ya? Ustadz sangat peka dengan bau rokok”.

Si santri tidak dapat mengelak lagi. Ia mengaku merokok. ” Tapi, Ustadz.. Sebenarnya saya dipaksa orang tua saya masuk pondok. Sebenarnya saya ingin jadi dokter. ” kata santri itu.

Baca juga  Pendidik Indonesia dan Malaysia jadikan SMP Pembangunan Laboratotium UNP jadi School Visit

” Sudah.. Ustadz beri kamu tiga pilihan: kamu keluar dari pondok ini dan lanjutkan cita-citamu menjadi dokter; kedua, kamu tamatkan di sini. Setelah tamat kuliah kedokteran; ketiga, kubur cita-citamu. Tamatkan di sini. Setelah tamat kamu jadi ulama. Tapi jangan merokok lagi karena kalau ingin jadi dokter atau ulama jangan merokok.” Ujar ustadz itu. ” Ustadz beri kamu waktu berpikir. Tidak perlu konsultasi sama orang tuamu. Ustadz tidak akan beri tahu siapa-siapa bahwa kamu merokok termasuk orang tuamu. ”
” Beri saya waktu berpikir , ustadz, Izinkan saya pulang menemui orang tua saya.”
Ustadz itu mengizinkan santri itu pulang.
Besok harinya santri itu balik ke pondok. Katanya, ia pilih opsi yang kedua, yaitu menamatkan di pondok dan masuk kuliah kedokteran.

Teori yang dipakai oleh Ibrahim Mandres adalah fokus pada tujuan. Artinya, dia tidak memakai sistem hitam putih peraturan. Baginya santri yang merokok itu bukan sebenarnya dia ingin merokok. Tetapi itu hanya sasaran antara. Dia memberontak karena orang tuanya memaksanya masuk pondok.

Saya terkesan dengan tindakan yang dilakukan oleh ustadz itu dalam menangani kasus ini. Sungguh sangat bijaksana. Fokus pada tujuan. Dalam ilmu fikih ada istilah maqashid syar’iyyah, tujuan dibuatnya syariah. Dalam hukuman dalam Islam ada tiga: jinayah, hudud dan ta’zir. Dua yang pertama itu kejahatan murni atau kriminal atau pidana, yaitu pembunuhan, penganiayaan, zina, pencurian, perampokan, mabuk, pemberontakan, murtad, dan menuduh orang baik-baik berzina.

Baca juga  DPC Syarikat Islam Kota Bukittinggi Menargetkan 1.000 Pengusaha Mikro Terampil pada Tahun 2023-2024

Adapun yang ketiga, ta’zir itu adalah pelanggan selain di atas, yaitu kejahatan ringan atau pelanggaran, contohnya pelanggaran lalu lintas. Dalam hal ini hukumannya bisa saja berbeda antara satu orang dengan yang lain. Bisa jadi kepada si A diberi hukuman ringan tetapi kepada si B hukuman berat. Mengapa berbeda? Mungkin si A dengan hukuman ringan saja sudah jera maka tak perlu hukuman berat. Toh tujuan telah tercapai dengan hukuman ringan, sedangkan si B beda halnya. Baginya hukum ringan tidak mempan maka perlu diberatkan supaya jera.
Jadi dalam kasus ta’zir boleh saja hukuman berbeda beda dalam kasus yang sama tetapi hudud tidak ada tawar menawar.

Dalam kasus santri merokok di atas. Jika si ustadz tadi tidak tepat mengambil kebijakan, misalnya langsung mengeluarkan santri karena itu bunyi peraturannya bisa jadi santri ini tidak akan jadi apa-apa. Jadi ustadz tidak karena dia sudah benci duluan dengan ustadznya karena dikeluarkan; jadi dokter mungkin batal karena orang tuanya maunya anaknya di pesantren.

Editor : Surya Hadinata, SH

Share :

Baca Juga

Feature

LEGENDA BANCAH PUTI JANIK Part (2)

Feature

PERAN ALUMNI LIPIA DI KAMPUNG HALAMAN

Feature

Legenda Bancah Puti Janik Part (6)

Feature

DPC Syarikat Islam Kota Bukittinggi Menargetkan 1.000 Pengusaha Mikro Terampil pada Tahun 2023-2024

Feature

Pengunduran Tanggal Merah Maulid Nabi 1443 H, Diprotes Pedagang Es Doger

Feature

Pengalaman Gara Gara Mantra

Feature

LEGENDA BANCAH PUTI JANIK Part (1)

Feature

Legenda Bancah Puti Janik Part (7)