LEGENDA BANCAH PUTI JANIK
Oleh : Fredrik Tirtosuryo Esoputra, S. Pd., M. Sn.
Bukitinggi, 17 Oktober 2021 —
KEHADIRAN PERMATA HATI
Antara lereng Gunung Merapi dan Singgalang ada sebuah Perkampungan, tepatnya di lereng Gurung Merapi. Perkampungan itu sekarang bernama Jorong Kayu Tanduk Kenagarian Aie Angek, Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Jorong merupakan bentuk sistem pemerintahan terkecil di daerah Kabupaten pada Propinsi Sumatera Barat. Jorong setara dengan pemerintahan desa pada masa sebelum reformasi. Dalam kenagarian terdapat beberapa jorong, sedangkan kenagarian berada dalam pemerintahan kecamatan. Kecamatan itu sendiri, berada dalam pemerintahan kabupaten/kota.
Di Jorong Kayu Tanduk Kenagarian Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, dahulu kala ada suatu keluarga yang hidup bahagia. Suami dalam keluarga itu bernama Suddin, sedangkan istrinya bernama Delima. Mata pencarian sehari-hari mereka bertani dan berladang. Umumnya masyarakat Jorong Kayu Tanduk memang berprofesi sebagai petani atau peladang.
Keluarga tersebut sedang menanti-nanti kelahiran anaknya yang pertama. Mereka sudah lama ingin mendapatkan seorang anak sebagai buah perkawinannya. Keinginan tersebut tampaknya akan terkabulkan, karena istrinya Suddin sedang hamil berat, yaitu menunggu kehadiran si bua hatinya. Persiapan untuk menghadapi kedatangan permata hatinya telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Kegembiraan mengharapkan kelahiran si buah hati mereka terpancar dari rona atau rawut wajahnya dan Suddin pun bertambah giat bekerja di sawahnya dengan penuh semangat. Rasanya, pucuk dicinta, ulam pun tiba.
Pada suatu hari, tibalah waktu Delima istri Suddin akan melahirkan. “Uda …, tolong panggilkan Mak Iya, perutku sudah terasa sakit, mungkin anak kita akan segera lahir”, pinta istrinya. Suddin pun segera bergegas pergi ke rumah Mak Iya, seorang dukun beranak di Jorong Kayu Tanduk. Tidak beberapa lama, Suddin kembali ke rumahnya bersama Mak Iya. Sesampai di rumah Suddin, Mak Iya langsung ke kamar tempat Delima berbaring. Mak Iya, segera menolong persalinan Delima. “Din, selamat ya Din, sekarang engkau telah menjadi seorang ayah, istrimu telah melahirkan dengan selamat bersama anakmu”, tutur Mak Iya. “Ia melahirkan seorang anak perempuan”, imbuh Mak Iya. Alangkah gembira dan senangnya hati Suddin bersama istrinya. Setelah mendapat kata sepakat untuk sebuah nama, anak tersebut langsung mereka beri nama Puti Janik. Selesai membantu persalinan Delima, Mak Iya mohon pamit. Suddin segera mengantarkan Mak Iya ke tempat kediamannya.
Alangkah bahagia tidak terkiranya hati mereka karena impian dan keinginan mereka dikabulkan Tuhan Yang Maha Esa. Janik mereka rawat dengan penuh rasa kasih sayang. Dengan hadirnya Janik di tengah-tengah keluarga, membuat mereka hidup lebih bergairah dan bersemangat. Di samping merawat Janik, mereka giat bekerja guna persiapan buat permata hatinya kelak. Sebab, mereka ingin kebutuhan Puti Janik tercukupi atau terpenuhi tanpa terhalang dengan kekurangan biaya. Dengan demikian, secara matang mereka telah mempersiapkan akan kebutuhan putrinya.
Ayah Janik rajin bekerja tidak kenal waktu. Ia sering pulang larut senja dari sawah atau ladangnya. Para temannya atau masyarakat kampung, sering mengajaknya pulang bersama-sama karena hari sudah petang. “Suddin, sudahlah besok disambung lagi kerjanya, hari sudah petang”, ajak teman-temannya. Ajakan itu ditolaknya dengan halus dan ramah. “Teruslah pulang duluan, saya masih ada kerja sedikit lagi, tanggung kalau dilanjutkan besok”, jawab Ayah Janik dengan senyum. Teman-temanya pun pulang, setelah mendengar jawaban Ayah Janik. Sedangkan Ayah Janik kembali melanjutkan pekerjaannya yang masih tersisa. Pulang dari sawah atau ladangnya, Ayah Janik sering sampai di rumah sewaktu adzan maghrib. Sesampai di rumah sepulang dari sawah atau ladang, Ayah Janik langsung mandi. Begitulah aktivitas sehari-hari dilalui Ayah Janik, tanpa merasa capek sedikit pun. Semua ia lakukannya dengan ketulusan hati serta penuh rasa tanggung jawab sebagai tugas seorang ayah dan suami dalam keluarganya. Ayah merupakan pemimpin dalam keluarga.
Walau Suddin petani yang berhasil, prilakunya tidak pernah sombong kepada siapa saja msyarakat di kampungnya. Masyarakat amat suka bergaul padanya. Dia suka membantu masyarakat yang membutuhkan bantuannya. Bantuan yang ia berikan selalu dengan ikhlas dan mengharap keridhaan Tuhan Yang Maha Esa. Singkat kata, Suddin merupakan orang yang bermasyarakat.
Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,
Editor : Surya Hadinata, SH