OPINI
Oleh. D’Indaa
LENTERARAKYAT.ID — Kita selama ini hanya mengenal PERCERAIAN antara Hubungan Berkeluarga, dengan semakin berkembangnya Demokrasi sanggup melahirkan PERCERAIAN KEPEMIMPINAN ya bisa saja Gubernur dengan Wakil Gubernur, Walikota dengan Wakil Walikota, Bupati dengan Wakil Bupati malah luar biasanya lagi Presiden dengan wakilnya … ini sungguh sungguh diluar kebiasaan tujuan hakiki Demokrasi yang telah DIPERCAYAKAN dan DI AMANAHKAN Konstituen.
Hal ini sudah menjadi rahasia umum dan dapat dibaca namun KEMOLEKAN sang Wakil selaku ANAK DARO (Pengantian Perempuan dalam adat Minang Kabau – red) tidak lagi MENGGIURKAN sang MARAPULAI (Pengantin Pria adat MINANG KABAU – red) malah banyak ter-KAMUFLASEKAN melalui TRANSFORMASI MEDIA, baik Cetak maupun Elektronik. Terjadinya riakan riakan PERCERAIAN KEPEMIMPINAN lebih dominan berdasarkan KEPENTINGAN atau over lap KEBIJAKAN, malah bisa Over acting salah satu pengantin. Dan lebih parah lagi konflik atau bersilang pendapat tentang bagi bagi porsi kebijakan untuk mengatur posisi midle management dalam suatu konsep pencapaian RENSTRA yang tertuang dalam RPJP dan RPJM.
Sangat ironis bila adanya PERCEKCOKAN, PERSELISIHAN dalam suatu rumah tangga apalagi KEPEMIMPINAN yang secara otomatis tanpa disadari telah menoreh AMANAH yang diamanatkan KONSTITUEN. Tentang perselisihan dan percekcokan dalam kepemimpinan bisa saja terjadi dan diakibatkan oleh belum MATANG nya KEDEWASAAN berpolitik (in mature) hal ini di dasarkan kepada KARAKTER LEADERSHIP ada kepemimpinan yang bersifat sesuatu HARUS BISA TERCAPAI ada juga Kepemimpinan yang bersifat SEKEDAR TERCAPAI saja disinilah letak DUET atau PASANGAN diuji dalam MENG-IMPLEMENTASIKAN serta MENG-AKTUALISASIKAN Kekuatan KEPEMIMPINAN. Atau bisa saja terbersit dengan SUATU KEPENTINGAN SESAAT sehingga berdampak terhadap membangun BAHTERA KEPEMIMPINAN.
Sungguh sungguh sedih jika kita menemukan PERSELESIHAN KEPEMIMPINAN dalam suatu PEMERINTAHAN, “ jiko Urang gaek lah ba bala, anak anak nan manangguangkan akibaik …. “ jika memang bener adanya demikian maka TINGKAT POPULARITAS maupun ELEKTABILITAS Image KEPEMIMPINAN akan turun dan cela sendirinya, hal inilah yang merugikan PEMIMPIN yang nota bene nya adalah PUTRA DAERAH dikarenakan akan merusak hubungan silaturahmi sebelum memimpin baik itu Pengantin pria Maupin Pengantin Wanita dan ini bisa berimbas kepada keluarga besar masing masing pihak (timses-red) begitu bagi para pejabat yang baik itu yang memiliki eselon maupun tidak, KOMPLEKTISITAS ini dipengaruhi dengan kepentingan oknum GILA JABATAN yang bekerja bukan untuk mengabdi akan tetapi mulut manis serta loby loby tingkat tingga …. seperti balas jasa … balas budi … masih saudara … malahan bisa saja kerah putih yang menitipkan untuk menduduki suatu jabatan.
Tendensius KEPEMIMPINAN ini akan beresiko tinggi serta sudah barang tentu akan berdampak luas terhadap INTEGRITAS KEPEMIMPINAN … bisa saja masyarakat (konstituen-red) merasa tidak memiliki kepuasan serta belum bisa merasakan buah dari suatu DUET KEPEMIMPINAN. BIBIT KONFLIK atau BENIH PERCEKCOKAN jika ada dalam suatu DUET KEPEMIMPINAN dalam suatu daerah sudah barang tentu tertundanya KELUHURAN serta CITA CITA MULIA untuk membangun suatu Daerah untuk menjadi LEBIH BAIK yang ada hanya KONSEP PEMBANGUNAN yang tidak terstruktur … Baik Fisik maupun Non Fisik.
Saya YAKIN dan PERCAYA bahwa BUKITTINGGI memiliki DUET PEMIMPIN yang HARMONY Jadi Mari kita Masyarakat (Konstituen-red) di Bukittingg berdoa kepada Allah SWT agar DIJAUHKAN dari PERSELISIHAN yang berakibat PERCERAIAN PEMIMPIN yang banyak terjadi di daerah lain bahwa TIDAK ada lagi KEHARMONISAN dan KEHANGATAN dalam suatu Keluarga BESAR KEPEMIMPINAN … semoga saja (D’Indaa)