Pasaman, Lenterarakyat.id – Tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) terus bergulir menjelang pencoblosan pada 27 November mendatang.
Pasangan bakal calon peserta Pilkada serentak 2024 ini pun sudah banyak yang mencuri start, melakukan kampanye, meski tahapan masa kampanye belum ditabuh.
Melihat kondisi ini, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Pasaman, mewanti-wanti warga agar tidak terjerumus dalam politik uang, yang diibaratkan seperti kentut, berbau tapi susah untuk dibuktikan siapa pelakunya.
“Percayalah, rugi kita kalau mengharapkan sesuatu apalagi itu berupa uang dalam pentas Pilkada. Memang efek politik uang ini tidak secara instan dapat dirasakan, tapi saat jangka panjang. Daerah dipastikan tidak akan maju,” kata Ketua Bawaslu Pasaman, Rini Juwita saat mendeklarasikan kampung pengawasan zero uang di Nagari Panti, Kecamatan Panti.
Dikatakan juga oleh Rini, bakal calon yang terlibat dalam politik uang ini, sebagai manusia normal pasti akan berfikir, bila terpilih nanti, bagaimana cara untuk memulangkan modal yang telah dikucurkan saat berkampanye sebelumnya.
Bila sudah seperti ini, maka pemimpin hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya.
“Tentu saja, yang rugi kita dan Pasaman ini, lima tahun berganti bupati, namun daerah masih seperti itu juga. Tidak juga maju-maju. Maka dari itu, mari kita tolak politik uang,” kata Rini.
Tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan Kajari Pasaman, Sobeng Suradal yang ikut hadir dalam kegiatan tersebut.
“Ambil uangnya jangan pilih orangnya. Itu saja, mudah kan,” ucap Sobeng menyikapi politik uang ini.
Menurut Sobeng, dalam kasus politik uang ini, masyarakat memang seperti makan buah simalakama. Jika ditolak, itu adalah uang, namun setelah diterima seperti ada yang mengganjal di hati, tukuknya.
“Dari pada pusing, jika ada yang menawarkan uang, ambil uangnya, jangan pilih orangnya. Pilih yang sesuai suara hati kita,” pungkas Sobeng. –ade–
Editor : Jontra