BUKITTINGGI, LENTERA RAKYAT.ID — Nonton Bareng dilangsungkan di aula Convension Hall Yunandar Ilyas Kampus III UM Sumbar yang diadakan oleh Luhak FH UM Sumbar, LKDM, dan Mahad Institute dihadiri antusiasme masyarakat dan mahasiswa UM Sumbar, Kamis (29/02).
Usai Nobar, film ini langsung dibedah oleh peserta dan pakar demokrasi yang menceritakan hancurnya demokrasi di Indonesia saat ini.
Film “Dirty Vote” yang dirilis pada beberapa waktu lalu menggemparkan banyak pakar demokrasi. Film yang menceritakan mobilisasi terkait penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) menggambarkan tentang bagaimana kecurangan pada masa pemilu 2024.
“Alih-alih bansos untuk mencari suara. Ini realitas yang terjadi, kalau memang narasi negatif yang ditayangkan, 50 persen netzen melihat ini adalah negatif, bagi saya ini adalah kontradiktif untuk saya, ini adalah bacaan positif dalam memilih pemimpin, ini film adalah bagian dari literasi politik yang dinarasikan dalam film ini”, jelas salah seorang Dosen Hukum UM Sumbar Raju.
Pada penayangan Dirty Vote pukul 20.00 WIB di UM Sumbar ini dihadili langsung oleh para pemain yang juga merupakan akademis di lingkungan perguruan tinggi yaitu Feri Amsari, Bivitri Susanti, dan Zainal Arifin Mochtar.
“Tidak ada satupun yang bantah alnalisia dari data di dalam film Tirty Vote, mereka hanya melakukan pembunuhan karakter”, tegas Feri.
Menurut pemain, pembuatan film ini dimaksudkan untuk menembak pengguna kekuasaan yang selampangan, kekuasaan jangan dibiarkan terlalu kuat, bahaya. Ini saatnya membangkitkan yang namanya perlawanan, baik itu presiden yang hampir berhenti atau yang akan jadi presiden selanjutnya.
Sedangkan menurut Bivitri Susanti, “kita tidak pernah diberi ruang untuk berefleksi, demokrasi adalah akuntabilitas untuk kita semua, kami agak pede karena tidak ada yang berani membantah satu per satu argumen yang ada di film, ada tidak mampu menjelaskan yang mana yang mereka bantah”.
Sedangkan kata Zainal Arifin, mereka mau ngasih tau ada kecurangan pemilu dan siapa pelakunya, kami sudah berupaya menyampaikan kebenaran yang kami ketahui, tinggal publik lagi bagaimana menanggapi. (Ayu)
Editor : Surya Hadinata, SH