Oleh : Dinda
LENTERARAKYAT.ID – Setiap masuk tahun politik atau tahun menjelang pemilu, situasi selalu panas dengan isu, fitnah yang merajalela di media sosial, hingga pembunuhan karakter bukanlah lagi menjadi rahasia di negeri ini.
Bahkan hampir di semua grup whatsapp, pembicaraan sehari-hari antar pendukung calon tertentu menjadi sebuah dialektika yang cenderung keras dan menjadi perang narasi, tak peduli tentang kebenaran informasinya.
Maka dari itu penting rasanya untuk politikus membangun diri dalam mensiasati teknologi di era serba digital ini dalam penyajian informasi, yang tentu saja akan sangat mempengaruhi elektabilitas dalam pemilu mendatang.
Pada beberapa kali pemilu lalu, para calon legislatif dan calon kepala daerah atau presiden masih mengandalkan baliho yang menjual wajah dan motto.
Namun sekarang, yang lebih dibutuhkan adalah informasi yang bisa di kirim ke media sosial, karena dari data statistik kominfo, hampir 87 % masyarakat Indonesia memiliki gadget di tangan.
Selain dari foto, bahkan informasi tentang tokoh sudah dapat di tonton dalam bentuk podcast dan talkshow, yang dewasa ini sudah banyak di daerah, tak hanya stasiun televisi nasional saja.
Maka dari itu penting sekali rasanya bacaleg atau bacabup, bacagub, hingga bacapres untuk arif dan bijak dalam mengelola budget secara efisien demi mendongkrak elektabilitas.
Karena baliho hanya akan dilihat orang yang melalui jalan, yang belum tentu seluruhnya adalah pribumi di dapilnya, namun informasi audio visual bisa dikirim langsung ke tangan masyarakat dapilnya, baik melalui japri ataupun grup sosial di lokasi tertentu.
Bukan harus ahli dalam bidang digital, tapi harus punya wawasan jika ingin maju. Mengingat persaingan dalam multilateral pemilu saat ini lawan bukan hanya dari luar partai, namun juga bisa adalah rekan separtai sendiri.