Bukittinggi, lenterarakyat.id (Sabtu, 02/12/23)
Mahasiswa Unand Fakultas ilmu Politik hari ini melakukan kegiatan Penelitian Terhadap Partai Politik, dalam hal ini mahasiswa tersebut memilih Partai Solidaritas Indonesia DPD Kota Bukittinggi.
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Solidaritas PSI di Ngarai Binuang Kayu Kubu Bukittinggi, yang mana kegiatan ini di hadiri oleh Pengurus PSI DPD Kota Bukittinggi dan 9 orang mahasiswa Unand yang akan melakukan penelitian tersebut.
Koordinator Penelitian M. Nabil mengatakan, Penelitian ini merupakan salah satu mata kuliah kami tentang Partai Politik yang ikut dalam Kompetisi Pemilu 2024 mendatang.
Kami memilih PSI untuk penelitian ini dikarenakan partai ini Unik dan kebanyakan diisi oleh Kaum Millenial alias Generasi Z ( Gen – Z ). Generasi Z ini salah satunya adalah kami – kami ini yang baru akan memilih 2024 mendatang, ungkap Nabil.
Nabil menambahkan, kami tertarik dengan PSI karena strategi promosinya dilakukan lebih banyak menggunakan media Sosial yang berupa Konten – konten menarik dalam melakukan kampanye.
Sementara itu Ketua PSI DPD Bukittinggi Defrijon. S.Kom, Dt. RSA mengatakan, Politik di Partai PSI adalah Politik Riang Gembira, karena ini adalah Pesta Demokrasi, yang namanya pesta tentu kita harus riang gembira.
Selian Riang gembira PSI juga mengusung tema dengan politik Santun dan Santuy yang berarti tidak saling hujat menghujat, saling fitnah dan menyebarkan Hoax, Pemilu ini hanya sekali dalam 5 tahun sedangkan kita tiap hari bertemu, jadi untuk apa kita saling bermusuhan dan saling menghujat dalam pesta demokrasi ini. Ungkap Defrijon.
Defrijon menambahkan PSI terbuka disemua kalangan, PSI adalah partai yang anti Intoleran dan anti Korupsi, dan juga PSI lebih dikenal dengan partainya anak – anak muda seperti adek – adek mahasiswa ini.
Untuk Pemilu kali ini suara terbanyak yang akan muncul adalah suara Pemilih Pemula dan anak – anak Gen – z seperti kalian, Kalau bisa adek – adek mahasiswa ikut terjun langsung ke kancah politik, aak muda jangan hanya jadi penonton akan tetapi jadilah pemain dalam berpolitik, berpolitik yang santun tentunya. Ungkap Defrijon.
Jadi didalam berpolitik ini kita tidak perlu saling menghujat dan menghina lawan politik kita, biarlah masyarakat menilai siapa kita dan bagaimana kita, hindari konflik dalam berpolitik, karena yang menghujat dan menghina lawan politik tersebut dia merasa dikalahkan dan merasa yang paling benar diantara yang lain, dan dalam berpolitik kita jangan sekali kali menjadikan agama komiditi politik karena islam boleh berpolitik akan tetapi Islam jangan dijadikan Komiditi Politik. punglas Defrinon mengakhiri. (Df/red)