Home / Feature

Sabtu, 23 Oktober 2021 - 00:20 WIB

Legenda Bancah Puti Janik Part (6)

Legenda Bancah Puti Janik

Legenda Bancah Puti Janik

LEGENDA BANCAH PUTI JANIK

Oleh : Fredrik Tirtosuryo Esoputra, S. Pd., M. Sn

Bukittinggi, 23 Oktober 2021

MENINJAM SURI

            Pagi-pagi Janik sudah berkemas-kemas hendak pergi meminjam suri, pada salah seorang temannya yang tinggal di jorong Pagu-Pagu Kanagarian Pandai Sikek. Sementara Janik berkemas-kemas, Ibunya di dapur memasak makanan untuk keperluan hari itu. Setelah Janik dan Ibunya selesai dengan aktivitas masing-masing, sebelum berangkat mereka sarapan pagi bersama. Janik sarapan di rumah, sementara ibunya di dapur. Sesudah mereka sarapan, Ibu Janik mencuci peralatan yang telah dipergunakannya tadi.

Sekitar mentari akan mencapai sepenggalah, baru mereka pergi ke Pagu-Pagu Pandai Sikek ke tempat teman Janik. Tempat Janik hendak meminjam suri. Mereka pergi ke sana hanya dengan jalan kaki. Pada masa ini, belum ada sarana transportasi antar jorong seperti zaman sekarang. Semua warga sudah terbiasa menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, walau kadang kala perjalanan yang ditempuh jauh.

Perjalanan dari jorong Kayu Tanduk ke jorong Pagu-pagu kanagarian Pandai Sikek cukup jauh. Tetapi, apa boleh buat mereka harus pergi ke sana karena ingin meminjam suri keperluan putri semata wayang, hendak menenun sendiri membuat bajunya. Hanya di kanagarian Pandai Sikeklah yang terdekat bila dibanding dari tempat tinggal Janik, orang yang banyak memiliki suri. Karena, masyarakat di kanagarian Pandai Sikek umumnya di samping bertani atau berladang, mereka juga melakukan aktivitas menenun atau mengukir. Kenagarian Pandai Sikek sampai sekarang masih terkenal dengan hasil tenunan dan ukirannya.

Berjalanlah Puti Janik bersama Ibunya pergi ke Pagu-Pagu Pandai Sikek. Janik berjalan di depan sedangkan Ibunya di belakang. Keadaan jalan seperti itulah yang diinginkan Janik. Dia tidak mengizinkan Ibunya berjalan seiring atau di depannya. Sang Ibu menahan hati, ia hanya menuruti apa mau dan perintah anaknya. Sinar matahari saat itu, sangat terik menyengat tubuh. Janik berjalan mengenakan payung yang telah disediakanya dari rumah, sementara Ibunya berjalan tanpa mengenakan payung. “Panas Janik, Ibu capek, istirahatlah kita dahulu”, pinta Ibu Janik.

Baca juga  Legenda Bancah Puti Janik Part (4)

“Jangan cengeng orang tua, sebentar lagi kita sampai”, Jawab Janik pada Ibunya.

“Ibu haus Janik, kering kerongkongan ini rasanya”, kata Ibu Janik.

“Sudah jangan cerewet, sebentar lagi kita sampai kataku, tanggung untuk beristirahat”, sanggah Janik pada Ibunya.

Terpaksalah Ibu Janik diam dan berjalan menuruti kehendak anak. Dengan peluh yang bercucuran, Ibu Janik berjalan di bawah panasnya terik matahari, menuruti jalan anaknya dari belakang.

Setelah melakukan perjalanan cukup jauh, akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. “Kita telah sampai orang tua, ini rumahnya”, kata Janik pada Ibunya. Ibu Janik hanya diam saja, sambil memberhentikan langkahnya. Yang menjadi buah pikiran dan keheranan Ibu Janik melihat perangai anaknya, mengapa semenjak berjalan dari rumah putrinya tidak lagi memanggil Ibu. “Mengapa anakku kini, memanggilku orang tua? Padahal aku ini Ibunya”, gumam Ibu Janik dalam hati.

“Orang tua, jangan masuk rumah temanku. Tunggu saja di halaman, nanti rumahnya kotor lantaran debu yang menempel di tubuhmu”, larangan Janik pada Ibunya. Larangan Janik membuyarkan lamunan pikiran Ibu Janik. Ia terdiam, mengikuti perkataan anaknya. Di hatinya, berkecamuk perasaan marah, iba hati, dan sayang pada anaknya.

Di depan pintu, Janik mengetuk pintu rumah temannya sambil memanggil-manggil nama temannya. “Sari …, Sari …., ini aku Janik”, sebut Janik memberitahukan pada tuan rumah. “Ya, sebentar”, jawab Sari dari dalam rumah. Pintu rumah pun dibuka Sari. “Mari, silahkan masuk”, Sari mempersilahkan. Janik pun segera masuk ke rumah temannya dan duduk di ruang tamu. “Ibu mengapa tidak Masuk?”, tanya Sari pada Ibunya dengan heran.

Baca juga  Fokus Pada Tujuan, Sebuah Teori Ibrahim Mandres

“Tidak, biarlah orang tua itu di luar menunggu sebentar”, Jawab Janik menyela pertanyaan temanya.

“Nak, biarlah Ibu di luar saja. Minta Ibu air ya nak, Ibu haus”, jawab dan pinta Ibu Janik. Sari pun diam, dia pergi ke dapur mengambilkan air permintaan Ibu Janik. Sewaktu air minum dibawanya, hendak diberikan kepada Ibu Janik. Janik datang menyela dengan larangan. “Sari, jangan kau berikan air itu dengan gelas, berikan saja dengan tempurung. Nanti gelasnya pecah. Orang tua itu tidak terbiasa minum dengan gelas”, kata Janik melarang temannya.

“Mengapa engkau begitu tega Janik, diakan Ibumu?”, tanya Sari kepada Janik.

“Tidak, dia bukan Ibuku. Dia pembantuku di rumah”, jawab Janik pada temannya.

Sari heran dan bertanya, “Jadi, Ibumu dimana Janik?”

“Ibuku sudah meninggal. Sudahlah Sari, kamu kasih saja air minum itu dengan tempurung untuk orang tua itu, dia sudah kehausan dari tadi”, Jawab Janik seraya memaksa temannya.

Dengan rasa terpaksa, Sari pun memberikan air minum di tempurung kepada Ibu Janik. Karena rasa haus yang tidak tertahan, Ibu Janik menerima pemberian Sari dan meminumnya dengan tetesan air mata. Sunguh terkejut dan penih rasa hatinya mendengar perkataan Putu Janik, anak satu-satunya.

Setelah Sari memberikan air di tempurung pada Ibu Janik temannya. Janik mengutarakan maksud kedatangannya, hendak meminjam suri. Sari meminjamkan suri pada Janik. Setelah suri didapat, Janik segera pamitan dengan Sari karena ia ingin segera menenun sesampai di rumahnya dan hari pun sudah menjelang sore.

Fredrik Tirtosuryo Esoputra, S. Pd., M. Sn. Sang penulis dan sekaligus sebagai pengajar di (Guru SMK Negeri 2 Padang Panjang)

Bersambung,,,,

Editor : Surya Hadinata, SH

Share :

Baca Juga

Feature

PERAN ALUMNI LIPIA DI KAMPUNG HALAMAN

Feature

Legenda Bancah Puti Janik Part (3)

Feature

Soeharto Antara Benci Dan Rindu

Feature

AMIN RAIS TAKANAI BARAGIAH

Feature

Fokus Pada Tujuan, Sebuah Teori Ibrahim Mandres

Feature

DPC Syarikat Islam Kota Bukittinggi Menargetkan 1.000 Pengusaha Mikro Terampil pada Tahun 2023-2024

Feature

Legenda Bancah Puti Janik Part (5)

Feature

Pengunduran Tanggal Merah Maulid Nabi 1443 H, Diprotes Pedagang Es Doger